
RUANGANTIHOAX, Ekonomi – Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, meramalkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan mengalami tekanan lanjutan sebagai dampak dari keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga acuan pada Maret 2024. Menurutnya, rupiah diperkirakan akan mengalami fluktuasi, tetapi pada akhirnya akan ditutup melemah dengan kisaran antara Rp15.610 hingga Rp15.660 per dolar AS pada Rabu (24/1/2024).
Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa sentimen utama yang memengaruhi rupiah berasal dari CME Fedwatch yang menunjukkan para trader memperkirakan ada kemungkinan besar bank sentral akan menjaga suku bunga tetap stabil pada bulan Maret.
Federal Reserve juga diharapkan akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan FOMC minggu depan. Namun, pasar juga menantikan data ekonomi utama AS yang akan dirilis dalam pekan ini, seperti data PDB AS kuartal IV/2023 yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan pertumbuhan, serta data indeks harga PCE yang merupakan ukuran inflasi yang menjadi perhatian The Fed.
Ibrahim juga menyoroti bahwa suku bunga yang lebih tinggi di AS dalam jangka panjang dapat berdampak negatif pada mata uang Asia, karena negara-negara Asia umumnya menarik modal dari aset-aset yang berisiko tinggi dan berimbal hasil tinggi.
Sebagai informasi tambahan, rupiah pada hari Selasa (23/1/2024) sebelumnya ditutup dengan pelemahan sebesar 0,5 poin ke level Rp15.637 per dolar AS. Hal ini terjadi seiring dengan pelemahan indeks dolar AS sebesar 0,23% menjadi 103,09. Namun, mata uang Asia lainnya mengalami pergerakan yang beragam.
Ibrahim Assuaibi juga menekankan bahwa sentimen dari dalam negeri juga memainkan peran penting dalam pergerakan rupiah, terutama berkaitan dengan perkembangan cadangan devisa Indonesia pada tahun 2024. Cadangan devisa diproyeksikan akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan potensi penurunan harga komoditas.
Untuk catatan, pada akhir Desember 2023, cadangan devisa Indonesia mencapai US$146,4 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 yang mencapai US$138,1 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor dan 6,5 bulan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta melebihi standar kecukupan internasional yang ditetapkan sebesar tiga bulan impor.