RUANGANTIHOAX, Sulawesi Tenggara – Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) di Kendari, Sulawesi Tenggara, menjadi pusat perhatian setelah terjadi kericuhan pada acara Mimbar Demokrasi yang bertema penolakan dinasti politik pada 7 Desember 2023. Insiden ini memicu diskusi nasional tentang kebebasan berpendapat di lingkungan akademis di Indonesia, khususnya setelah Ketua BEM Fakultas Hukum Unsultra, Leciz Labanisi, menjadi korban pengeroyokan.
Dr. Agus Salim, seorang pengamat pendidikan dan politik, menekankan pentingnya lingkungan kampus yang aman untuk diskusi politik. “Kampus harus menjadi tempat di mana mahasiswa dapat belajar dan berdiskusi tentang isu politik tanpa khawatir akan kekerasan,” ujarnya.
Reaksi dari berbagai kalangan mahasiswa menunjukkan kekhawatiran atas kebebasan berpendapat di kampus, dan mereka menuntut perlindungan yang lebih baik terhadap hak ini.
Pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara telah merespons insiden ini dengan serius, berkomitmen untuk menyelidiki kasus dan menegakkan hukum. “Kami akan memastikan pelaku kekerasan diadili sesuai hukum. Keamanan dan kebebasan berpendapat di kampus adalah prioritas kami,” kata Kepala Polisi Daerah Sulawesi Tenggara.
Insiden ini membuka diskusi penting tentang kebebasan akademis dan keamanan di lingkungan pendidikan, serta harapan untuk solusi dan langkah-langkah konkret dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan intelektual dan demokrasi di kampus-kampus di Indonesia.
Kericuhan di Unsultra ini menjadi contoh nyata dari tantangan dialog politik di lingkungan akademis dan bagaimana hal ini mempengaruhi mahasiswa dalam menyuarakan pendapat mereka. Kejadian ini diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga untuk memperkuat prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan berpendapat di lingkungan akademis di seluruh Indonesia.
