Gaya HidupSeni & Sastra

Arafah: Hari Kesaksian, Ampunan, dan Janji Setia Manusia kepada Tuhannya

RUANGANTIHOAX, Idul Adha – Menjelang Idul Adha, umat Islam di seluruh dunia bukan hanya mempersiapkan hewan kurban, tetapi juga menyambut sebuah hari yang disebut-sebut sebagai salah satu hari terbaik sepanjang tahun: Hari Arafah, yang jatuh pada 9 Dzulhijjah. Tahun ini, ia bertepatan pada Kamis, 5 Juni 2025.

Hari Arafah bukan hari biasa. Ia adalah momentum langit terbuka, ketika doa-doa terangkat tinggi, ketika dosa-dosa digugurkan, dan ketika manusia, sadar atau tidak, mengingat kembali janji terdalam yang pernah ia ikrarkan: bahwa hanya Allah-lah Tuhannya.

Dalam sejarah Islam, Hari Arafah adalah hari yang agung. Ia menjadi tempat turunnya ayat yang menandai kesempurnaan agama:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.”
(QS. Al-Maidah: 3)

Ayat ini turun saat Rasulullah SAW tengah berwukuf di Arafah, hari Jumat. Hari itu menjadi pengukuh syariat, tonggak terakhir yang menegaskan bahwa Islam telah lengkap — dan karenanya, menjadi hari raya bagi umat Islam yang sedang berhaji.

Hari Raya, Bukan Hanya Idul Adha

Banyak yang tidak menyadari, bahwa Hari Arafah sendiri adalah bagian dari hari raya Islam. Bahkan, dalam sabda Nabi Muhammad SAW disebutkan bahwa Hari Arafah, Hari Nahr (10 Dzulhijjah), dan hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan, minum, dan bergembira bagi umat Islam. Bukan sekadar formalitas syariat, tetapi momentum pengingat bahwa Islam adalah agama yang merayakan kesucian, pengorbanan, dan ketaatan.

Sumpah yang Terlupakan

Dalam satu riwayat disebutkan, bahwa di tempat inilah — Arafah — Allah mengambil janji dari seluruh keturunan Adam. Saat mereka masih berupa ruh, mereka ditanya:

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”
(QS. Al-A’raf: 172)

Itulah sumpah yang tertanam dalam fitrah manusia, bahwa ia diciptakan untuk bertauhid. Dan setiap kali hari Arafah datang, sejatinya kita sedang diingatkan pada sumpah itu. Bahwa hidup ini bukan kebetulan, bukan sekadar rutinitas — melainkan perjalanan kembali kepada janji awal kita.

Hari Penghapus Dosa dan Waktu Terbaik Berdoa

Bagi mereka yang tidak sedang berhaji, puasa Arafah menjadi sarana spiritual yang luar biasa. Dalam hadis sahih disebutkan bahwa puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Satu hari puasa, dua tahun ampunan.

Sementara itu, bagi para jamaah haji, hari Arafah adalah saat wukuf. Di sinilah mereka berdoa, memohon, menangis, dan merendahkan diri — bukan karena mereka hina, tetapi karena mereka ingin pulang dengan jiwa yang bersih.

Allah pun membanggakan mereka di hadapan para malaikat-Nya: “Lihatlah hamba-hamba-Ku. Mereka datang kepada-Ku dalam keadaan lusuh dan berdebu.” Hari itu, tidak ada hari lain yang lebih banyak hamba dibebaskan dari neraka kecuali hari Arafah.

Lebih dari Sekadar Ritual

Hari Arafah bukan hanya tentang waktu dan tempat. Ia adalah panggilan kesadaran. Bahwa setiap dari kita memiliki jejak di Padang Arafah — bukan secara fisik, tetapi secara spiritual. Di sana, kita pernah bersaksi. Dan setiap kali hari itu datang, ia mengetuk kembali janji yang mungkin telah kita lupakan di tengah hiruk pikuk dunia.

Idul Adha mungkin dirayakan dengan daging dan tawa, tetapi Arafah dirayakan dalam diam — dengan puasa, doa, dan air mata. Di sinilah letak keindahannya. Sunyi, namun penuh makna.

Selamat menyambut hari Arafah. Semoga kita termasuk dalam barisan hamba yang diampuni, dibanggakan, dan didekatkan kepada-Nya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

You cannot copy content of this page!!

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker